Sunday, September 6, 2015

Penyebab Nilai Tukar Rupiah Terus Anjlok

by Google


Dalam waktu sepekan terakhir ini, nilai kurs Rupiah tercatat terus jeblok. Bahkan sampai awal pekan ini, kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat menyentuh level terendah sejak November 2008 silam dalam kisaran nilai 12.600 rupiah per USD. Dikutip dari Bloomberg, (15/11) nilai tukar rupiah melemah 1,04 % ke level 12.597 pada perdagangan jam 09.05 WIB. Sebelumnya, kurs rupiah turun drastis sampai ke level Rp. 12.610 per USD.
Ada beberapa faktor yang menjadi pemicu mengapa nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ini terus menyusut. Salah satunya adalah karena menguatnya dollar sampai spekulasi perusahaan yang melakukan aksi beli dollar sebelum akhir tahun 2014. Beberapa investor asing juga tercatat menarik dana sampai lebih dari 10 triliun rupiah dari obligasi berdenominasi rupiah pada bulan ini sejak tanggal 11 Desember.
Eric Alexander Sugandi, selaku Ekonom Standard Chartered mengutarakan bahwa adanya kombinasi faktor yang memicu kurs rupiah terus menyusut.
“Yang pertama adalah data ekonomi Amerika Serikat yang makin membaik dan menyebabkan khawatirkan jika The Fed akan menaikkan suku bunga lebih cepat daripada perkiraan” jelas Eric, seperti yang dikutip dari Liputan 6.
Kekhawatiran yang muncul akibat penguatan dollar Amerika Serikat karena meningkatnya data ekonomis Faktor lain, yakni Great Rotation atau perputaran uang dimana dana asing yang beredar kembali masuk ke By.MawaBeja.com
AS menjelang akhir 2014.
Dua hal itu adalah faktor yang menjadi sangat berpengaruh pada kurs rupiah akhir-akhir ini. Kemudian faktor berikutnya ialah kebutuhan dollar yang semakin meningkat pada akhir 2014.
“Kebutuhan dollar pada akhir tahun dari korporasi lokal juga aliran dana yang berhubungan dengan penjualan obligasi akhir-akhir ini terlihat memberatkan nilai rupiah,” kata Shigehisa Shiroki selaku Chief Trader Asian and Emerging Markets di Mizuho Bank Ltd.
Menurut dia, kurs rupiah saat ini sedang berada di bawah tekanan.  Kemudian Eric juga menambahkan, bahwa faktor keempat ialah karena persepsi pasar ketika rupiah menembus level tertentu dengan cepat bisa memicu aksi beli dolar.
“Tapi mendekati hari natal dan akhir tahun, sepertinya transaksi dollar akan berkurang karena sudah banyak pelaku pasar yang tengah berlibur,” ungkapnya.
Faktor selanjutnya adalah defisit transaksi berjalan yang masih cukup besar. Indonesia sendiri mencatat bahwa defisit transaksi berjalan senilai USD 6,8 Miliar pada kuartal ketiga dan BI berharap supaya adanya penurunan defisit senilai USD 24 Miliar pada sepanjang tahun ini.
“Bila dilihat dari nilai fundamentalnya, harusnya rupiah masih sekitar 12.000-12.200 per dolar Amerika,” tambah Eric.
Dalam kondisi yang seperti ini, Bank Indonesia diperkirakan akan melakukan intervensi dan bertindak supaya rupiah tak lebih anjlok. Apalagi sekarang kurs rupiah terhadap dollar AS sudah melebihi nilai fundamental.
Hal tersebut menyebabkan market panic tapi tidak akan lama, kemudian rupiah bisa kembali membaik. Eric sebelumnya memperkirakan bila kurs rupiah masih bisa bertahan pada kisaran nilai Rp. 12.2000 per USD di akhir 2014. Namun, karena beberapa faktor tersebut, nilai kurs rupiah bisa jadi akan terperosok lagi lebih jauh hingga kisaran Rp. 12.500 sampai Rp. 12.700 per USD pada pekan depan

No comments:

Post a Comment